Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang sempurna baik
secara fisik, mental, dan sosial dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit
atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi ,
fungsi serta prosesnya.Sedangkan kesehatan
reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik,
mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta
prosesnya.
Definisi kesehatan reproduksi menurut hasil ICPD 1994 di
Kairo adalah keadaan sempurna fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan
tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang
berkaitan dengan sistem
reproduksi dan fungsi dan proses.
Kesehatn reproduksi ini mencakup tentang hal-hal sebagai berikut: 1) Hak seseorang untuk dapat memperoleh kehidupan seksual yang aman dan memuaskan serta mempunyai kapasitas untuk bereproduksi; 2) Kebebasan untuk memutuskan bilamana atau seberapa banyak melakukannya; 3) Hak dari laki-laki dan perempuan untuk memperoleh informasi serta memperoleh aksebilitas yang aman, efektif, terjangkau baik secara ekonomi maupun kultural; 4) Hak untuk mendapatkan tingkat pelayanan kesehatan yang memadai sehingga perempuan mempunyai kesempatan untuk menjalani proses kehamilan secara aman.
Kesehatan Reproduksi Remaja
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang
dapat berdampak buruk bagi kesehatan
repoduksi yaitu :
1. Faktor sosial-ekonomi dan
demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan
ketidaktahuan tentang perkembangan
seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat
tinggal yang terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan
(misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi,
kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang
lain, dsb).
3. Faktor psikologis (dampak pada
keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal,
rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara materi,
dsb).
4. Faktor biologis (cacat sejak
lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca
penyakit menular seksual , dsb
oh iya nih ada FAKTA DAN MITOS Kesehatan
Reproduksi baca yaa :
1. MITOS: Permpuan yang lebih cepat mendapat haid pertama = perempuan
nakal
FAKTA: Tidak ada hubungannya antara
menarche dengan perilaku nakal. Menarche pada usia 10-15 tahun dipengaruhi
faktor gizi dan keturunan. Semakin muda usia menarche, semakin tua usia
menopause.
2. MITOS: Perawan akan berdarah pada hubungan seks pertama atau malam
pertama
FAKTA: Keperawanan punya aspek fisik
yang mengacu pada selaput dara dan aspek sosial yang mengacu pada seorang yang
pernah berhubungan seksual. Selaput dara memiliki bentuk elastis. Perempuan
akan mengeluarkan cairan vagina jika terangsang sehingga tidak semua perempuan
mengalami pendarahan saat berhubungan seks untuk pertama kalinya.
3. MITOS: Masturbasi atau onani hanya dilakukan pria dan menyebabkan
dengkul kopong
FAKTA: Masturbasi bisa dilakukan
baik perempuan ataupun laki-laki. Dan perilaku ini bisa menyebabkan luka,
keletihan dan kelelahan jika berlebihan, merasa berdosa dan tidak konsentrasi,
ketergantungan dan tidak merasa butuh pasangan.
4. MITOS: Orang hiperseks, jalan mengangkang dan bentuk bokong rata
FAKTA: Ini tidak berhubungan dan
hanya pasangannya yang tahu bahwa ia hiperseks.
5. MITOS: Payudara bisa diperbesar
dengan meremasnya
FAKTA: Besar kecilnya payudara
disebabkan faktor keturunan. Meremas hanya memperbesar sementara karena
rangsangan. Sementara itu, payudara besar tidak mempengaruhi jumlah produksi
ASI.
6. MITOS: Hubungan seks sekali tidak menyebabkan hamil
FAKTA: Pertemuan sperma dan sel
telur dapat menyebabkan kehamilan walaupun hanya berhubungan seks sekali.
7. MITOS: Makan nanas menyebabkan keguguran
FAKTA: Apapun yang dimakan secara
berlebihan akan menyebabkan gangguan. Pengaruh makanan akan berdampak pada
lambung dan usus, bukan pada alat reproduksi.
4 Cara Jaga Organ Reproduksi:
1.Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari.
2.Bersihkan kotoran dari arah vagina ke anus dengan air bersih
dan gerakan vertikal dengan handuk bersih atau tisu, kering, tidak lembab dan
berbau
3.Cukur atau rapikan rambut kemaluan.
4.Hindari memakai celana ketat dan menggunakan pembilas vagina
kecuali ada indikasi medis.